Quantcast
Channel: Alternative & Punk Archives • RUDOLF DETHU
Viewing all 209 articles
Browse latest View live

PESTA PELUNCURAN BIOGRAFI SUPERMAN IS DEAD

$
0
0

Superman Is Dead barangkali telah pantas digelari sebagai legenda hidup.

20 tahun sudah Bobby Kool, Jon Eka Rock, JRX, berkiprah di blantika musik Indonesia. Memulai karir profesional dengan ditonton hanya tiga orang (termasuk manajernya) hingga kini memiliki jutaan penggemar militan. Belakangan, trio asal Bali ini meraih hormat menjulang karena berada di garis depan—bukan sekadar simpatisan—dalam membela alam Bali, menolak keras rencana reklamasi Teluk Benoa.

Semua pencapaian dan kisah perjalanan yang mengesankan tersebut nyatanya belum terpublikasikan dengan baik, runut, apalagi komperehensif. Hanya sebagian termunculkan, terutama momen-momen beberapa tahun terakhir. Masih berjubel kisah yang tercecer. Kejadian-kejadian menarik di masa silam pun hampir lapuk terkubur menjadi misteri.

The book, the author, and the great rock-n-roll swindle. | Foto: Gus Wib.

The book, the author, and the great rock-n-roll swindle. | Foto: Gus Wib.

Rudolf Dethu kemudian berinisiatif mengungkap cerita-cerita mengenai tiga pria asal Bali yang penuh dikabuti mitos tersebut. Dethu bisa jadi adalah sosok paling pas untuk menuliskan serta mengisahkannya. Sekitar 7 tahun ia memanajeri Superman Is Dead. Sejak trio punk rocker itu masih menjadi pegiat kancah bawah tanah sampai bergabung dengan label rekaman raksasa. Dari sekadar pahlawan daerah hingga diakui sebagai band nasional dengan jumlah umat berlimpah.

Dethu mengajak para mantan partner kerjanya itu untuk merilis kumpulan pengalaman mereka selama berkarir di musik. Menerbitkan biografi, tepatnya. Dan dari hasil berdiskusi panjang lebar antara Dethu dengan SID tersembul ide untuk mengupas lika-liku perjalanan tersebut dengan cara membaginya menjadi beberapa bagian, bukan langsung digelontorkan kolosal dalam satu dokumen tebal. Kenapa kok why? Generasi muda terkini sudah kurang akrab dengan kebiasaan membaca tulisan panjang-panjang. Di era gilang-gemilang media sosial seperti sekarang segalanya cenderung serba ringkas, artikel isinya pendek-pendek, pesan tertulis disampaikan sering dengan cara menyingkat. Buku berat-tebal dipandang sebagai barang usang.

Ya sudah, Dethu dan SID memilih untuk mengakomodir kebiasaan mutakhir itu. Biografi dibelah menjadi beberapa biografi mini. Mirip serial The Lord of the Rings, terkesan terpisah walau sejatinya adalah satu kesatuan yang rapat. Setiap bio mini mengungkap satu atau beberapa topik khusus yang terjadi sepanjang perjalanan berkesenian SID.

Untuk seri bio mini perdana ini topiknya mengerucut pada tiga isu yang sempat brutal menghajar SID: vonis sebagai band rasis, tuduhan melacurkan diri, serta predikat sebagai musisi pendosa. Tajuk bio RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL! (RPM) sengaja dipilih guna menegaskan secara kilat-padat kemana arah pembahasan bukunya.

Dalam RPM dikupas lugas sejarah semua titel miring itu bermula. Mengapa Bob, Eka, JRX, sampai dicurigai anti orang Jawa—apa iya ada grafiti “F**k Java” yang dibikin SID di sebuah tembok di Poppies. Bagaimana bisa grup musik bentukan 1995 ini dipojokkan sebagai musisi yang telah bermufakat jahat dengan kapitalisme. Pula cibiran soal kemerosotan akhlak mereka.

Oleh Dethu semuanya dibeberkan gamblang, baik lewat penjabaran ulang memori—sentimental journey!—dan pengungkapan sudut pandang pribadi, juga menanyai kembali para nara sumber yang memang betul-betul terlibat di peristiwa tersebut. Tentu pula ditampilkan foto-foto historikal SID yang dianggap mampu agresif berbicara tentang apa yang sejatinya terjadi di masa lalu. Di tiap sub-topik lalu ditutup dengan komentar dari masing-masing personel SID, dibandingkan antara saat dahulu peristiwa tersebut terjadi dengan konteksnya di hari ini.

Guna menyambut hadirnya bio ini maka haruslah dirayakan. Pesta peluncuran buku setebal lebih dari 250 halaman ini pun dicarikan momentum yang pas yaitu dengan dirgahayu SID yang ke-20 di bulan Agustus ini. Selebrasinya sendiri bakal dilaksanakan tiga kali di tiga tempat berbeda serta dengan tiga tema berlainan. Yang pertama pada 18 Agustus 2015 bertajuk PUNK ROCK BOAT – let’s sail ‘n read! Yang kedua, KOBIKU (Kongkow-kongkow Bicara Buku), pada 20 Agustus. Yang ketiga—sementara ini masih tentatif, sedang difinalisasi konsepnya.
PunkRockBoat
PUNK ROCK BOAT akan diadakan di atas kapal pesiar Quicksilver dengan mengundang pers lokal dan nasional, undangan khusus serta publik. Sambil menonton SID tampil akustik hadirin bakal diajak berkeliling di sekitar Teluk Benoa. Ini memang disengaja, untuk mengingatkan serta memperlihatkan bahwa di tempat itulah rencana jahat reklamasi hendak dipaksakan oleh pengusaha yang dibekingi penguasa.

KOBIKU konsepnya lebih rileks: ngobrol santai dan dekat dengan saya serta trio SID di Rumah Sanur – Creative Hub yang akan ditutup dengan aksi nge-DJ oleh Jon Eka Rock.

Segala gempuran bertubi-tubi yang diterima oleh tiga sekawan itu sepanjang perjalanan karir mereka telah membentuk Superman Is Dead seperti sekarang ini, menjadikannya sabar, bijak, lagi tahan banting.

Sebab kuat kita bersinar!

Circa 2002. SID ketika mulai moncer reputasinya., kerap muncul menjadi sampul majalah.

Circa 2002. SID ketika mulai moncer reputasinya., kerap muncul menjadi sampul majalah.

Circa 2003. SID menjalani sesi pemotretan untuk promo album perdana, Kuta Rock City. | Foto: courtesy of Tiga Grafis.

Circa 2003. SID menjalani sesi pemotretan untuk promo album perdana, Kuta Rock City. | Foto: courtesy of Tiga Grafis.

Penghujung 2002. SID menjadi salah satu grup paling dinanti di acara peringatan Bom Bali I.

Penghujung 2002. SID menjadi salah satu grup paling dinanti di acara peringatan Bom Bali I.

SID menjadi salah satu grup paling ditunggu di pensi legendaris, PL Fair.

SID menjadi salah satu grup paling ditunggu di pensi legendaris, PL Fair.

Usulan judul dan sub-judul buku di masa-masa awal.

Usulan judul dan sub-judul buku di masa-masa awal.

Opsi alternatif untuk sampul bio SID. Sama-sama karya sesepuh media dan komunikasi di negeri ini, Ayip Budiman.

Opsi alternatif untuk sampul bio SID. Sama-sama karya sesepuh media dan komunikasi di negeri ini, Ayip Budiman.

______________

RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL!
Tiga Kontroversi Besar, Melelahkan, & Nyaris Mematikan Karir Bermusik Superman Is Dead

Tanggal terbit: 18 Agustus 2015
Penulis: Rudolf Dethu
Editor: Dani Satrio
Halaman: 266
Penerbit: CV Kuat Kita Bersinar

Kontak: limited@supermanisdead.net


Dapatkan Gratis Biografi SID di Punk Rock Boat!

$
0
0

BookCover
Dapatkan buku ini secara gratis dengan membeli tiket #SIDpunkrockboat (buku BELUM kami jual secara on line).

Untuk pemesanan tiket hanya dapat dilakukan on line melalui email dengan mengisi form dibawah ini:

PUNK ROCK BOAT TICKET
NAMA (sesuai ID KTP/Kartu Pelajar):
Nomor ID KTP/Kartu Pelajar:
Tempat, tanggal lahir:
Nomor hand phone:
Nama pemilik rekening untuk melakukan transfer:

Lalu kirim ke email limited@supermanisdead.net

PunkRockBoat

Keterangan :
– Acara ini hanya untuk umur 12 tahun ke atas
– 1 identitas hanya dapat membeli 1 tiket saja
– Jangan melakukan transfer apabila belum mendapat nomor antrian tiket
– Hanya tersedia 200 tiket yang akan mendapat buku cetakan pertama yang dibubuhi tanda tangan Bobby Kool, Jon Eka Rock, JRX.
– Kami tidak menjual tiket On The Spot

Domestic Groove: REBECCA THEODORA

$
0
0

Beki-couch

REBECCA THEODORA
Penyanyi, Penulis Lagu, Marketing Strategist

Musik apa yang sedang anda sukai saat ini?
Saya lagi suka dengerin lagu-lagu yang santai, kalau dari musisi yang lama-lama misalnya kaya BIllie Holiday, Ella Fitzgerald, Francoise Hardy, Tom Waits. Kalau dari musisi yang agak masa kini itu lagi dengerin 1975, Haim, Chvrches, Fever Ray, dll. Sama lagi masih suka pasang album Timeless-nya Rumahsakit, dan kemarin ada referensi dari teman lagunya Float yang “Sementara”, karena katanya liriknya bagus.

Apa album rekaman pertama yang anda beli—ada kisah menarik di baliknya?
Agak rancu yang mana yang pertama, antara NKOTB atau Fariz RM. Sepertinya Fariz RM, Living In The Western World, waktu itu pengen punya album itu karena ada “Barcelona”. Lagunya catchy untuk saya yang masih SD. Dan saat itu sih lagu yang lain di album itu ngga terlalu didengerin, karena kayaya terlalu dewasa nuansanya untuk anak SD.
TheWho-TheKidsAreAlright
Apa album favorit anda sepanjang masa? Kenapa?
The Who, The Kids Are Alright. Itu album soundtrack dari film mereka yang berjudul sama.

So at this one time back in high school, I found myself curious about The Who, from reading about them in a magazine. I went looking for their album at Duta Suara, and The Kids Are Alright was their only album I could find there. Dalam bentuk kaset pula. Langsung beli, dan pas dengerin langsung jatuh cinta. Haha.

Apa album rekaman terburuk yang pernah anda beli?
Hmmm… ini sulit. Because not even Tommy Page I consider bad.

Oh, ada yang beli trus ngga suka, kayanya bisa dibilang terburuk versi saya sih, Sven Gali, Sven Gali. Itu band hard rock/glam metal dari Kanada. Beli waktu SMA, ngga suka albumnya, haha.

Sama kayanya pernah beli albumnya Weird Al Yankovic, hahaha that album was a joke beneran sih.
RebeccaTheodora
Di reinkarnasi berikutnya, selain diri anda sendiri, anda ingin menjadi siapa?
Mermaid. Atau sperm whale. Atau hiu purba Megalodon.

Buku apa yang sedang anda baca sekarang, skornya berapa (1-10)?
The Beats. Buku graphic novel tentang The Beat Generation, eranya Jack Kerouac, Allen Ginsberg, dan William Burroughs. Skornya buat saya, 7.8 lah.
the-imitation-game-poster
Film baru apa yang orang-orang harus tonton? Kenapa?
The Imitation Game. Filmnya tentang Alan Turing, scientist yang menciptakan satu teknologi yang adalah cikal bakal komputer yang kita pakai sekarang. It’s a good movie that somehow tells us why and how we finally have a computer technology that we use now.

Lagu apa yang anda pilih untuk memulai akhir pekan?
The Jam, “Town Called Malice”.

Dan lagu untuk mengakhiri akhir pekan?
Bloc Party, “Sunday”.

Rebecca bersama BITE saat peluncuran Mayday. | Foto: Nareend Kameshwara.

Rebecca bersama BITE saat peluncuran Mayday. | Foto: Nareend Kameshwara.

Setelah menerbitkan album penuh Mayday bersama BITE di awal tahun, Rebecca belakangan lebih sibuk dengan pekerjaan barunya di perniagaan minuman beralkohol. Di luar jam kantor ia rajin menekuni seni bela diri Krav Maga. Di kala libur ia kerap ke luar kota menjalani hobinya yang lain: freediving. Mengenai album BITE berikutnya, ia mengaku belum punya rencana tertentu. Hanya tetap rutin menulis lagu-lagu baru.

___________

Saksikan Rebecca bersama BITE bersenandung “Devide et Impera” di acara Thursday Noise, Mei 2015.

The Books Have Arrived! Are You Ready to Partay?

$
0
0
Bobby Kool dengan pak Suwitra, pemilik percetakan tempat bio SID diproduksi.

Bobby Kool dengan pak Suwitra, pemilik percetakan tempat bio SID diproduksi.

Kemarin, jelang sepekan sebelum acara peluncuran resmi buku RASIS! PENGKHIANAT! MISKIN MORAL! telah beres dicetak, tiba di pangkuan penerbit — CV Kuat Kita Bersinar (Superman Is Dead), dan siap diedarkan mulai…—nanti dikabari ya :)

Seperti telah diumumkan sebelumnya, bakal diadakan tiga kali pesta dalam rangka menyambut terbitnya buku serta dirgahayu Superman Is Dead yang ke-20.

Yang pertama pada 18 Agustus 2015 bertajuk PUNK ROCK BOAT – let’s sail ‘n read!.

Yang kedua, KOBIKU (Kongkow-kongkow Bicara Buku), pada 20 Agustus.

Yang ketiga—sementara ini masih tentatif, sedang difinalisasi konsepnya.
PunkRockBoat
Kobiku-E-fliers-1
PUNK ROCK BOAT akan diadakan di atas kapal pesiar Quicksilver dengan mengundang pers lokal dan nasional, undangan khusus serta publik. Sambil menonton SID tampil akustik hadirin bakal diajak berkeliling di sekitar Teluk Benoa. Ini memang disengaja, untuk mengingatkan serta memperlihatkan bahwa di tempat itulah rencana jahat reklamasi hendak dipaksakan oleh pengusaha yang dibekingi penguasa.

KOBIKU konsepnya lebih rileks: ngobrol santai dan dekat dengan saya serta trio SID di Rumah Sanur – Creative Hub yang akan ditutup dengan aksi nge-DJ oleh Jon Eka Rock alias DJ Jon Krebek.

Khusus untuk pembeli tiket PUNK ROCK BOAT akan mendapatkan buku edisi terbatas yang masing-masing diberi nomor khusus, dari 1 hingga 200. Selain itu telah dibubuhi tanda tangan oleh masing-masing personel Superman Is Dead.

Bagi yang berminat mendapatkan tiket sekaligus buku edisi terbatasnya silakan klik di sini.

So are you ready to partay?!

Buku edisi terbatas yang diberi nomor khusus, 1 hingga 200, serta dibubuhi tanda tangan masing-masing personel SID.

Buku edisi terbatas yang diberi nomor khusus, 1 hingga 200, serta dibubuhi tanda tangan masing-masing personel SID.

JRX dan Jon Eka Rock sedang sibuk membubuhkan tanda tangan di buku-buku edisi khusus untuk Punk Rock Boat. | Foto: Bobby Kool.

JRX dan Jon Eka Rock sedang sibuk membubuhkan tanda tangan di buku-buku edisi khusus untuk Punk Rock Boat. | Foto: Bobby Kool.

Kapal Quicksilver yang nantinya beralih rupa menjadi Punk Rock Boat. | Foto:  baligolfcourses.com

Kapal Quicksilver yang nantinya beralih rupa menjadi Punk Rock Boat. | Foto: baligolfcourses.com

Ini saat penyerahan dokumen untuk nantinya dicetak menjadi bio SID. Tampak Yenny, partner Bobby Kool, berdiri di sebelah kiri, dan Dodix, Operations Manager SID, kanan.

Ini saat penyerahan dokumen untuk nantinya dicetak menjadi bio SID. Tampak Yenny, partner Bobby Kool, berdiri di sebelah kiri, dan Dodix, Operations Manager SID, kanan.

Di Kumpul Coworking Space inilah sebagian isi bio SID dituliskan. Simak kisahnya di sini.

Di Kumpul Coworking Space inilah sebagian isi bio SID dituliskan. Simak kisahnya di sini.

Dua buku yang menemani penulisan bio SID. Tesaurus Bahasa Indonesia agar penceritaan kisah saya lebih kaya warna, dan BLANTIKA | LINIMASA untuk penyemangat saya menerbitkan buku saya yang kedua.

Dua buku yang menemani penulisan bio SID. Tesaurus Bahasa Indonesia agar penceritaan kisah saya lebih kaya warna, dan BLANTIKA | LINIMASA untuk penyemangat saya menerbitkan buku saya yang kedua.

Kucing saya, KitKat, yang menghibur saya saat macet ide dalam menulis. KitKat paling doyan dikilik-kilik perutnya. Hihi.

Kucing saya, KitKat, yang menghibur saya saat macet ide dalam menulis. KitKat paling doyan dikilik-kilik perutnya. Hihi.

Bersenang-senang Malam Ini di Kobiku & RPM Wall of Fame!

$
0
0

Setelah pesta penerbitan buku yang pertama dua hari lalu pada Selasa, 18 Agustus 2015, kemeriahan perilisan biografi Superman Is Dead masih terus berlanjut.

Jika sebelumnya di ajang Punk Rock Boat lebih bersifat terbatas serta berbayar, maka yang ke berikutnya, KOBIKU • Kongkow-kongkow Bicara Buku, terbuka untuk umum serta gratis. Siapa suka boleh ikut.

Di edisi perdana KOBIKU Rasis! Pengkhianat! Miskin Moral! (RPM) bersama Rudolf Dethu dan Superman Is Dead yang diselenggarakan di Rumah Sanur – Creative Hub jam 7 malam ini, selain ngobrol intim dan nyaris tanpa jarak dengan saya sebagai penulis buku bersama Bob, Eka, JRX; juga masih tersedia biografi SID edisi eksklusif yang masing-masing dibubuhi nomer berlainan. Pun bakal ada kaos edisi khusus RPM (seperti yang dikenakan personel SID di foto) yang bisa dibeli untuk koleksi.
Bekah

Foto: Eastern Wolves

Foto: Eastern Wolves

Setelah sesi bincang-bincang, acara dilanjutkan dengan menyimak lagu-lagu cadas klasik yang akan digeber oleh DJ Jon Krebek alias Jon Eka Rock. Oh, jangan pula lupa riang ria berfoto di depan RPM Hall of Fame. Bergaya sesukanya dan menjadi merdeka, menolak tunduk pada unggah-ungguh usang dan mengekang!

FayeAyip
BertoFashaBob

Foto: Gus Wib.

Foto: Gus Wib.

FayeBob
BertoBobFasha
Kobiku-E-fliers-1

Domestic Groove: EDY KHEMOD

$
0
0

EdyKhemod-1

EDY KHEMOD
Drummer, Creative Director, Babysitter

Musik apa yang sedang anda sukai saat ini?
Lagi senang denger bands rock/metal lawas yang mulai merilis album lagi. Refused yang katanya fukkin dead tau-tau muncul dengan album Freedom. Godflesh merilis album baru World Lit By Fire setelah lebih dari 10 tahun tidak merilis album. Carcass dengan album Surgical Steel setelah album terakhir mereka di tahun 1996, Swansong. Faith No More juga, meski pun album barunya ga bagus-bagus amat.

Lagi dengerin juga bands proto metal, bands baru yang membawakan musik bernuansa klasik rock dengan sentuhan modern jaman sekarang. Ada Blood Ceremony, Lucifer, Witchcraft, Ghost BC, dll.

Untuk lokal, lagi suka bands seperti Poison Nova, Kelompok Penerbang Roket, Indische Party, dan
Barefood. Ini sedikit dari grup-grup musik baru yang potensial nan menyegarkan.

OzzyRandy-Tribute

Apa album rekaman pertama yang anda beli—ada kisah menarik di baliknya?
Kaset yang pertama gua beli adalah Ozzy Osbourne & Randy Rhoads: Tribute. Sebuah live album in memoriam untuk mendiang Randy Rhoads. Seingat gua itu adalah bulan puasa, dapet jatah THR, lalu diajak kakak ke sebuah toko kaset legendaris di Bandung yang sudah tiada, Toko Tengah. Harganya Rp2500. Itu pertama kali gua dipersilakan untuk memilih kaset gua sendiri. Waktu itu gua masih kelas 3 SD.

Memori gua soal Ozzy Osbourne berasal dari kaset video Betamax Rock Concert yang biasa disewa dari mas-mas keliling dari rumah ke rumah. Di kaset video itu juga gua pertama berkenalan dengan Black Sabbath, Led Zeppelin, dan Kiss. Dan kaset Ozzy Osbourne: Tribute ini adalah kaset terbaru dari Ozzy pada saat itu.

Apa album favorit anda sepanjang masa? Kenapa?
Genesis, Selling England by the Pound.

Iya maap, ketauan umur. I couldn’t help it, I’m a sucker for progresive rock. Mungkin gua satu-satunya di Seringai yang suka prog rock hahaha…

Genesis adalah soundtrack keluarga gua. Gua anak bungsu dari 6 bersaudara, 5 cowok dan 1 cewek. Kakak-kakak gua tumbuh di era dimana kaset bajakan Yess sedang marak-maraknya di Indonesia. Rumah gua selalu riuh dengan musik yang dipasang keras-keras dari setiap kamar. Dan gua jadi si anak kecil yang diam-diam masuk ke kamar mereka, membongkar koleksi kaset mereka satu per satu. Dan Genesis album ini jadi salah satu album yang paling sering kita dengarkan sebagai keluarga. Weird family eh?

Genesis-SellingEnglandbythePound

Apa album rekaman terburuk yang pernah anda beli?
Metallica, Load. No description needed.

Di reinkarnasi berikutnya, selain diri anda sendiri, anda ingin menjadi siapa?
“Di reinkarnasi berikutnya…” berarti belum ada dong ya orangnya? Kalau belum ada sih ingin jadi cinematographer. Atau jadi koki. Atau jadi pengusaha digital nan kaya raya, dengan sisa waktu dihabiskan untuk merilis bands ngaco yang gak mungkin dirilis label. Kalo ingin jadi orang lain (yang sudah tiada), gua ingin jadi Frank Zappa. Atau jadi Cliff Burton. Atau jadi Stanley Kubrick.

Banyak ya maunya…

Buku apa yang sedang anda baca sekarang, skornya berapa (1-10)?
Gua ternyata sudah cukup lama tidak membaca buku. Terakhir adalah graphic novel dari DC Comic Saga of the Swamp Thing karya Alan Moore. Ini pun komik yang sudah cukup lama, baru baca sekarang. Alan Moore adalah angin segar untuk skena komik, dengan angle-nya yang absurd dan berani. Skor: 8 dari 10.

Predestinationxxx

Film baru apa yang orang-orang harus tonton? Kenapa?
Film ini sebenernya ga baru-baru amat. Predestination (2014) Film sci-fi thriller dengan low budget produksi Australia. Sci Fi low budget? Pasti kalian berpikir tentang film sci-fi B movie kan? Wrong. Film ini punya cerita yang sangat kuat dan menarik, dieksekusi dengan sangat baik dan sinematografi yang bagus. Film ini jadi bukti bahwa cerita yang kuat adalah modal untuk membuat film yang baik, bukan modal nominal.

Lagu apa yang anda pilih untuk memulai akhir pekan?
Turbonegro, “Tight Jeans, Loose Leash”. Lagu dimulai dengan teriakan “Party tiiimmeeee…”

Dan lagu untuk mengakhiri akhir pekan?
Queen Of The Stone Age, “Make It with Chu”.

EdyKhemod-2

Edy Khemod belakangan kian sibuk nyaris di tiap akhir pekan pergi bermusik, menyambangi Serigala Militia, bersama kelompok musik cadas beroktan tingginya, Seringai. Di sela-sela tur tersebut ia dan band-nya itu masih sempat menulis lagu-lagu baru. Hingga kini telah ada 4 tembang yang mulai berbentuk.

Bersama Cerahati, wira usaha miliknya, ia sedang masuk tahap akhir dari editing film dokumenter skena musik independen Bandung, Membakar Batas. “Sudah terlalu lama proses pembuatan film ini, gotta finish this ASAP!” katanya. Di isu rumah tangga, Khemod adalah juga part time babysitter untuk si kecil terkasihnya, Kejora Mina.

Leonardo & His Impeccable Six ft. Bex Reijman: Bali Tour!

$
0
0

LeoBex-Bali2

5 more days, Bali! This coming Friday—and the rest of the weekend!

Let’s jump, jive, wail, an’ rockabilly-swing with Leonardo and His Impeccable Six feat. Rebecca Reijman:

• Friday, September 04, 2015, at Rumah Sanur – Creative Hub
Opening act: Ian Stevenson’s Zat Kimia
Door opens at 7pm.
Minimum donation Rp20,000.

LAHIS&BexatRS4Sep

• Saturday, September 05, 2015, at Soundrenaline – GWK
LAHIS feat. Bex Reijman on Welcoming Stage at 7.30pm.
Tickets: Rp75,000 one day pass, Rp100,000 two day pass

LAHISBEXRS

• Sunday, September 06, 2015, at Single Fin ~ Bali
LAHIS feat. Bex Reijman on stage at 9pm.
Opening act: Sunset Strip
Free entry!

LAHIS&BexatRS4Sep-II

See you katz and kittenz soon! Tchin tchin!

LeoBex-Bali

THE HYDRANT

$
0
0
Photo: Erick EST

Photo: Erick EST

Selain merupakan pionir Rockabilly di skena muda negeri ini, The Hydrant bisa jadi adalah grup terbesar di genrenya di tanah Nusantara.

Terbentuk sejak 14 Agustus 2004 di Denpasar, Bali, The Hydrant kini beranggotakan Marshello (biduan, harmonika), Vincent (gitar), Christopper (stand up drum), serta Adi (upright bass).

Grup ini pertama kali berdiri atas prakarsa Wis, Zio, dan Morris, yang lalu mengajak Shello untuk bergabung. Kesukaan pada warna musik, dandanan, serta attitude Rockabilly merekatkan 4 sekawan ini dan memantapkan niat untuk memperkenalkan musik asal Amerika Serikat yang amat populer di tahun 50an ini ke seantero Indonesia, utamanya kepada generasi seusia mereka.

TheHydrant-rszd

Nama The Hydrant sendiri bermula dari band pop yang digawangi Wis dan Zio, Hydra. Ketika memutuskan banting setir lalu menapak ranah baru, Rockabilly, dibutuhkan pula identitas baru. Jappy Sanger, manajer mereka saat itu, muncul dengan ide nama The Hydrant, evolusi dari merek lama Hydra—yang langsung kompak disepakati.

Hingga kini The Hydrant telah menerbitkan 5 album penuh. Yang paling mutakhir, September 2015, adalah Lokananta Riot. Berisikan 16 tembang dan menyelipkan satu komposisi Rockabilly berbahasa Bali, Lokananta Riot direkam secara live di studio rekaman bersejarah, Lokananta. Album kedua mereka yang terbit pada 2007, Rockabilly Live, dirilis oleh label rekaman raksasa, EMI Indonesia. Album bertaburkan 14 lagu ramah lantai dansa ini cukup mampu mendongkrak pamor mereka dari skala lokal ke blantika musik nasional.

LokanantaRiot-rszd

Bicara jam terbang, The Hydrant sudah pantas disebut veteran. Bukan cuma tampil di festival-festival kolosal sekelas Kustomfest, IndoGreaser Party, Konser 1000 Band, Soundrenaline, namun juga telah menjajal panggung konser manca negara. Pada 2009 kuartet ini beraksi di festival Pohoda, satu dari sedikit pagelaran musik terbesar di Slovakia yang dikunjungi hingga 30 ribu orang tiap tahunnya. Selain di negara beribukotakan Bratislava itu, The Hydrant sempat pula main di ajang hot rod, beberapa klub, taman kota, dan jalanan di Ceko serta Austria.

Tahun depan, tepatnya April 2016, The Hydrant diundang unjuk kebolehan di Viva Las Vegas, festival Rockabilly terbesar sejagat yang mengambil tempat di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat. Shello bakal diberi kehormatan mempertunjukkan olah vokalnya, kelenturan tubuh, serta kehebatannya berdansa—ia kerap dijuluki sebagai”Brown Elvis” akibat gaya dansanya yang mencengangkan. Ditimpali oleh Vincent lewat permainan gitarnya yang “berbahaya”, Adi dengan aksi membetot bas nan akrobatik, serta Topper yang instan membuat audiens ternganga karena memainkan drum di luar kebiasaan, bukan duduk tapi berdiri.

Jayawijaya musik Indonesia!

Topper

Partisipasi The Hydrant di Acara-acara Kolosal
01. IndoGreaser Party – Jakarta, 2015
02. Hard Rock Rising – Bali, 2015
03. Classic Autofest – Yogyakarta, 2014
04. Custom Land – Surabaya, 2014
05. Plays By The Sea – Bali, 2014
06. NK13 Custom War – Bali, 2013
07. Kust Fest – Yogyakarta, 2012
08. Atticus Party – Bali, 2011
09. Pohoda Festival – Slovakia, 2009
10. Brno Hotrod Festival – Ceko, 2009
11. Konser 1000 Band – Jakarta, 2009
12. Liquid Party – Yogyakarta, 2009
13. Soundrenaline – Bali, 2009

Bali Bandidos Cover

Album Rekaman
1. Lokananta Riot (2015)
2. Dirty Thirty (2011)
3. Bali Bandidos (2009)
4. Rockabilly Live (2007)
5. Saturday Night Riot (2006)

Album Kompilasi
1. Kustom Fest Showin’ Soul (2015)
2. Bali Bergerak (2014)
3. Far East Slapper Japan (2009)
4. Maximum Rock ‘n’ Roll Monarchy (2005)

DVD
1. Bali Bandidos Eurobilly Tour (2009)

Kontak
RUDOLF DETHU
E. rudolfdethu@rudolfdethu.com
Instagram: @thehydrantbali
Twitter: @THEHDYRANTBALI
Facebook page: https://www.facebook.com/thehydrantrockabilly
Address: Jl. Bedahulu XIV/9, Denpasar – Bali 80115

Saksikan video terbitan 2009 “Bali Bandidos” karya Erick EST. Wiz kala itu masih mengendalikan departemen gitar.


The Fabulous Four Kruisin’ to the Fabulous Vegas

$
0
0

THE FABULOUS FOUR KRUISIN’ TO THE FABULOUS VEGAS

Photo: Erick EST

Photo: Erick EST

Kabar menggugah bagi blantika musik Indonesia: pionir rockabilly di skena muda Nusantara, The Hydrant, diberi kehormatan untuk tampil di ajang rockabilly terbesar sejagat, Viva Las Vegas 2016.

Kuartet asal Bali ini beberapa pekan silam dikirimi surat undangan langsung oleh Tom Ingram, penggagas sekaligus penyelenggara Viva Las Vegas. Band bentukan 2004 ini dijadwalkan tampil pada April 2016. Yang mencengangkan, dalam skala Asia, The Hydrant merupakan satu di antara hanya dua negara yang diundang untuk beraksi. Negara selain Indonesia adalah Jepang, negara dengan kancah rockabilly yang amat kuat dan begitu berwibawa—barangkali cuma kalah pamor oleh Amerika Serikat, tempat asal mula rockabilly. Artinya, keberadaan empat kawanan klimis ini kolosal diperhitungkan.

TourPoster

Dari sejak kali pertama diselenggarakan pada tahun 1998, The Hydrant bakal menjadi grup musik paling pertama dari negeri ini yang diundang untuk berlaga di Viva Las Vegas. Belum pernah ada satu pun wakil dari Indonesia sempat menjajal Viva Las Vegas sama sekali. Semuanya diawali oleh keisengan Adi, sang pembetot bas, pada 2013 silam. Ketika ia mendapat kontak Tom Ingram dari sejawat pegiat rockabilly, ia iseng menyurati seraya mengirimi tautan-tautan yang berkaitan dengan kiprah The Hydrant. Tom, yang berprofesi DJ serta veteran rockabilly asal Inggris, bak nihil atensi di permulaan. Adi, pasca beberapa kali bersurat, kemudian menyudahi korespondensi yang dipikirnya cuma berakhir satu arah. Mendadak saja di bulan Agustus lalu, Adi mendapat kiriman paket dari Amerika Serikat. Rupanya dari Tom Ingram langsung yang meminta The Hydrant berpartisipasi di Viva Las Vegas pada April 2016.

Photo: Matthew Oldfield Photography.

Photo: Matthew Oldfield Photography.

The Hydrant yang sedang sibuk mempersiapkan pesta penerbitan album yang baru saja dirilisnya, Lokananta Riot, tersentak kaget campur gembira mendapat kabar sedemikian spektakuler. Rencana awal yang semula sekadar bergembira ria memperkenalkan komposisi teranyar bakal disatukan dengan acara penggalangan dana untuk keberangkatan ke Amerika Serikat.

Rockabali Bandidos will be shakin’ Sin City!

VLVposter-rszd

VIVA LAS VEGAS

Viva Las Vegas adalah konser musik Rockabilly terbesar dan paling terhormat di dunia.

Diprakarsai oleh Tom Ingram, seorang DJ dan veteran Rockabilly asal Inggris, Viva Las Vegas telah bergulir sejak tahun 1998 alias 18 tahun yang lalu serta selalu mengambil tempat di kota Las Vegas, negara bagian Nevada, Amerika Serikat.

Photo: Sad Man's Tongue Rockabilly Bar & Bistro - Prague

Photo: Sad Man’s Tongue Rockabilly Bar & Bistro – Prague

Switchblade 3. | Photo: thefabuloustimes.com

Switchblade 3. | Photo: thefabuloustimes.com

Viva Las Vegas bukan melulu menampilkan konser musik saja namun juga pameran mobil-mobil klasik dan hot rods, pagelaran busana, burlesque shows, lomba bowling, dan banyak kegiatan lainnya. Festival yang tadinya hanya dihadiri 2000 pengunjung kini telah melonjak menjadi rata-rata 20.000 orang sejak beberapa tahun terakhir. Berawal dari sekadar 2 panggung sekarang sudah 6 panggung, 12 peserta parade mobil klasik dan hot rods, melonjak menjadi ratusan. Grup-grup musik yang tadinya berskala Amerika Serikat dan Inggris saja kini telah mencakup sebagian besar benua-benua yang ada di dunia. Lebih dari 60 band dan lusinan DJ telah dipastikan tampil.

———-

• Foto di halaman depan dipinjampakai dari Fred Pecker.

THE HYDRANT – LOKANANTA RIOT Album Launch Parties

$
0
0

LRAlbumLaunchParties-rszd

RUDOLF DETHU SHOWBIZ Presents:

Bali’s greasiest rock ‘n’ roll gigs of 2015!
Battles of the slickers!

Rockabali Rebels x Jakarta Swing Unit!

THE HYDRANT – LOKANANTA RIOT
Album Launch Parties and Road to Viva Las Vegas American Tour

feat. LEONARDO & HIS IMPECCABLE SIX

Thu, Nov 19, at Rumah Sanur, Sanur
Opening act: The Catrolls
Door opens: 8pm
Donation: Rp50,000 (get a Lokananta Riot CD!)
Extra: “Hati-Hati Ada Proyek” video premiere by Erick EST

Fri, Nov 20, at Betelnut, Ubud
Opening acts: DJ Marlowe, Deep Sea Explorers
Show starts: 6.30pm (DJ at the terrace)
Ticket: Rp50,000

Sat, Nov 21, at Old Man’s, Canggu
Opening act: The Poppies
Door opens: 8pm
Free Entrance

Sun, Nov 22, at Track 9, Dewi Sri – Kuta
Opening act: Devildice
Door opens: 8pm
Ticket: Rp50,000 (get a CD!)

__________

Thanks to sponsors: AZONE, Sailor Jerry, Hurley, RMBL, Suicide Glam, Uber, Beergembira.com, Forum MBB

Rockabali Rebels vs Jakarta Swing Unit: Nov 19-22, 2015

$
0
0

RRvsJSU

Bali’s greasiest rock ‘n’ roll gigs of 2015!
Battles of the slickers!
Rockabali Rebels vs Jakarta Swing Unit!

THE HYDRANT – LOKANANTA RIOT
Album Launch Parties and Road to Viva Las Vegas American Tour
feat. LEONARDO & HIS IMPECCABLE SIX

LAHISHydrant

• Thu, Nov 19, at Rumah Sanur – Creative Hub, Sanur
Opening act: The Catrolls
Door opens: 8pm
Donation: Rp50,000 (get a Lokananta Riot CD!)
Extra: “Hati-Hati Ada Proyek” video premiere by Erick Est

The Catrolls

The Catrolls

• Fri, Nov 20, at BetelNut, Ubud
Opening acts: DJ Marlowe, Deep Sea Explorers
Show starts: 6.30pm (DJ at the terrace)
Ticket: Rp50,000

Deep Sea Explorers

Deep Sea Explorers

• Sat, Nov 21, at Old Man’s, Canggu
Opening act: The Poppies
Door opens: 8pm
Free Entrance

The Poppies

The Poppies

• Sun, Nov 22, at Track 9 – Terrace Bistro, Dewi Sri – Kuta
Opening act: Devildice
Door opens: 8pm
Ticket: Rp50,000 (get a Lokananta Riot CD!)

Devildice

Devildice

These events is presented by RUDOLF DETHU SHOWBIZ

_________

Thanks to sponsors: AZONE, Sailor Jerry, Hurley, RMBL, Pukulrata, Suicide Glam, Uber, Beergembira.com, Forum MBB

Eposter-TheHydrantVLV

VLV2016-officialposter

Watch also the videos of The Hydrant, “Bali Bandidos”, and Leonardo & His Impeccable Six, “Built to Race”.

Konser Peluncuran Buku “Rock Memberontak”

$
0
0
Saat rilis pers ini saya tulis, Senin 23 November 2015 pagi, Che Cupumanik sedang sarapan di rumah Ian Zat Kimia di Bali. Mereka menunggu Robi Navicula. Bertiga, mereka akan meramu sebuah lagu baru yang khusus ditulis untuk kemudian dimainkan secara live dalam Konser Peluncuran Buku “Rock Memberontak”. Konser gratis itu sendiri akan digelar di Paviliun 28 pada hari Sabtu, 28 November 2015, mulai pukul 19.00 WIB. Sebagai penulis buku “Rock Memberontak” jelas saya terharu. Buku setebal 120 halaman ini (sebagian berisi foto-foto keren Che Cupumanik dan Robi Navicula yang belum pernah dilihat publik) saya tulis semata untuk mendorong mereka membagikan blue print proses kreasi penulisan lagu kepada generasi muda. Kalau kemudian ternyata mereka tergerak untuk berkolaborasi menuliskan lagu sebagai simbol peluncuran buku, sungguh itu di luar khayalan tergila saya. FYI, selama nyaris 20 tahun karir musik mereka, Che dan Robi belum pernah sekali pun berkolaborasi dalam menulis lagu! Di mata saya, buku ini adalah sumbangsih nyata dari Che dan Robi pada gerakan “Do It Yourself” dan “Do It Together”, roh sesungguhnya dari gerakan indie music yang belakangan terpojok ke tempat sampah dan kehilangan pesona magisnya. Di buku ini terangkum signature style mereka dalam menulis lagu. Generasi muda yang ingin serius menjadi penulis lagu rock bisa memetik inspirasi dan pelajaran dari buku ini. Meski, tentu saja, buku ini bukanlah satu-satunya cara menulis lagu rock. Buku “Rock Memberontak” akan diterbitkan sebanyak 2.000 kopi (dan akan dijual di toko buku Gramedia) oleh Edraflo yang juga menerbitkan dua buku saya sebelumnya, “Saya Ada di Sana! Catatan Pinggir Grunge Lokal” dan “Dua Senja Pohon Tua”. Kali ini, saya dibantu oleh Rudi Adriyanto Kadarman sebagai desainer, David Rorimpandey sebagai ilustrator, Adi Tamtomo sebagai fotografer, Raditya Adi Nugraha sebagai videografer, Denny Andriyana sebagai social media handler, dan Gede Manggala sebagai penerbit (Edraflo).

Max Havelaar – Tumaritis

$
0
0

Max-Havelaar-tumaritis-mnpg

Setelah menyelesaikan seluruh proses rekaman, akhirnya Max Havelaar akan mengeluarkan debut full albumnya di awal Februari 2016. Debut album yang berisikan 9 lagu akan dilepas dalam bentuk fisik dan digital. Setelah melepas single “Suara Kita Suara Tuhan”, Max Havelaar mengeluarkan single “Tumaritis” untuk perkenalan debut albumnya. Lagu Tumaritis yang berdurasi 6 menit 57 detik ini direkam dengan memakai musisi tamu: Akbar dari Efek Rumah Kaca di drums dan Ria Septiani dari AreYouAlone di suara langgam. Lagu ini dimixing oleh Ario Hendarwan, dimastering oleh Indra Q dan artwork dikerjakan seniman dari Bandung: Rere.

Lirik lagu “Tumaritis” adalah tentang pertanyaan dan kegundahan tentang bagaimana konsep perikehidupan yang sering kita terima seringkali berseberangan dengan kondisi yang kita hadapi. Dari dulu kita banyak menerima cerita dari orang tua, guru,buku-buku dan kitab-kitab tentang kerukunan, keramahan dan kehebatan bangsa kita. Tapi ketika kita dihadapkan dengan berbagai peristiwa pembunuhan, perusakan dan pelarangan atas nama politik, agama dan moral, banyak pertanyaan yang terus menggantung di benak kita.

Tumaritis adalah mitologi di dalam dunia pewayangan yang secara turun temurun di turunkan oleh leluhur kita. Tumaritis adalah tempat idaman dimana semua kebaikan (juga keburukan) hidup berdampingan secara harmonis. Tumaritis adalah tempat dimana kita bisa hidup ideal, berdampingan satu sama lain tanpa pernah merasa takut akan perasaan untuk ditindas

Tumaritis adalah harapan….

Untuk memperdengarkan, silahkan ke: www.suaramaxhavelaar.com

Tulisan di atas disalin langsung dari rilis pers resmi Max Havelaar

Help The Hydrant to Perform in Vegas!

$
0
0
Photo credit: Erick EST

Photo credit: Erick EST

The Hydrant has made history. These four guys from Bali, the pioneers of rockabilly revival in Indonesia, have the honor to perform at the biggest rockabilly festival in the world, Viva Las Vegas, in the month of April 2016.

Tom Ingram, the originator of this most prestigious and longest running rockabilly event—it’s now the nineteenth year—personally sent an invitation letter. He warmly requested The Hydrant to perform, together with dozens of other rockabilly artists from around the globe.

Why historical? Till this nearly 20 years of the festival, never ever before an Indonesian band lucky enough to be on that prestigious concert stage in the rockabilly Mecca: Las Vegas. This is also a kind of little reminiscent where in the past a band from Timor, Eastern part of Indonesia, Tielman Brothers, gloriously amazed the Western world with their Indorock musical style.

The issue is, these young men are not really from a financially well-off background. Each member of the band still has their own day job to support themselves and their family. One is a beach life guard, the other a barber, the rest is an illustrator, a guitar teacher.

Yes, they need your help. Marshello, Adi, Vincent, and Christopper, need your support to show their amazing music skills and beautiful stage acts, to let the first-world people know that a band from a developing country is as awesome.

Let’s be part of history!

Click here to contribute: Help The Hydrant to Perform in Vegas!

Front page photo: Abottsky

THE HYDRANT ~ My Music is Rock ‘n’ Roll Tour 2016

$
0
0

TheHydrant-Jakarta-Feb2016Tour

Rudolf Dethu Showbiz presents:

THE HYDRANT My Music is Rock ‘n’ Roll Tour • 3-9 Feb 2016

Jakarta-Bandung rockabilly invasion!
Video premiere of the Rockabali Rebels’ second single, “My Music is Rock ‘n’ Roll”!

3 Feb – Taman Buaya TVRI, Jakarta
5 Feb – Rolling Stone Cafe, Jakarta
6 Feb – Sapa Pagi Kompas TV, Jakarta
8 Feb – Ujang Gemi Beerhouse, Bandung
9 Feb – 365 Eco Bar, Jakarta

All events are free of charge!

And yes, tour merchandise also available in each gig!

Front photo: Abottsky


LEONARDO & HIS IMPECCABLE SIX ~ February Swing!

$
0
0
Designed by Christo Putra

Designed by Christo Putra

Rudolf Dethu Showbiz presents:

FEBRUARY SWING!
with LEONARDO AND HIS IMPECCABLE SIX

3 Feb 2016 – Taman Buaya TVRI, Senayan – Jakarta
5 Feb 2016 – Rolling Stone Cafe, Ampera – Jakarta
9 Feb 2016 – 365 Eco Bar, Kemang – Jakarta

All events are free of charge!

Merchandise will be available at each venue!

_____________

More news: www.leonardoimpeccablesix.com

Titik Normal: Menggugat Status Quo

$
0
0

TitikNormal-mnpg

Titik Normal adalah trio musisi yang justru ajaib, band yang tak pantas dicap normal.

Bayangkan, personelnya satu bermukim di Sydney, Australia, dua sisanya di Jawa. Genrenya jauh dari pop—definisi umum untuk “normal”. Ditambah kemampuan bermusik masing-masing personel yang bukan biasa-biasa saja, di atas rata-rata. Barangkali yang masih bisa disebut “normal” adalah prilaku dari tiap anggotanya yang hangat, rendah hati, bak saat bersua dengan kawan lama saja.

Tapi memang, Titik Normal maksudnya bukan mendeskripsikan tentang sesuatu yang normal. Malah mempertanyakan keabsahan dari standar normal. “Abnormal or unusual for many but for a few people it’s a normal thing. Titik Normal is in fact questioning the normal,” jelas Haniel Ko, pendiri Titik Normal.

Selain Haniel, grup yang baru resmi berdiri di awal tahun 2016 ini beranggotakan Arief Ramadhan serta Uziel Jayadi. Haniel (bas) sendiri sempat berkiprah di grup alternative rock Nutrix saat ia berkuliah di Universitas Udayana, Denpasar – Bali, mengisi bas di album kompilasi 1000 Gitar untuk Anak Indonesia keluaran majalah Rolling Stone Indonesia, membantu Baron di album Baron Soulmate, menjajal beragam klub musik di Sydney, Australia. Sementara Arif Ramadhan (gitar) merupakan personel grup musik metal Tumenggung, dan terlibat dalam konser monumental Duel Rock 2015 (Gribs vs Sangkakala). Sedangkan Uziel Jayadi (drum) adalah sosok lumayan beken lewat keterlibatannya di unit heavy metal veteran, Down For Life.

Tiga sekawan yang bersikeras menempuh jalur indie serta menolak terpaku pada satu jenis musik dan lebih doyan mencampur aduk metal, pop, groove rock, industrial, ini bakal unjuk kebolehan di panggung Festival Mata Air.

Jika anda termasuk orang yang gerah dikatai normal alias ogah disebut membosankan dan menolak status quo, sudah saatnya membuka pikiran serta segera memberi ruang di hati anda kepada Titik Normal.

Screw the norms!

________________

Rilis pers ini saya tulis di sekitar pertengahan Februari 2016, beberapa hari sebelum Festival Mata Air 2016 dimulai.

Speaker Separatis

$
0
0
Speaker Separatis: Brozio Orah, Soundbwoy Dodix, Andy Philipus. | Foto: Speaker Separatis.

Speaker Separatis: Brozio Orah, Soundbwoy Dodix, Andy Philipus. | Foto: Speaker Separatis.

Diserang culasnya wewenang, pulau ini siap berperang.
Bersenjatakan mesin dan lencana, pagar ketulusan engkau robohkan.
Tunggu aku di jalan, tulusku sudah menjadi bara dan hari ini kau kan kulawan.
Teruslah hisap hingga habis darah dan identitasku, bersama kepulan tebal kanabisku.

Tapi tuan, jam pasir ini berbalik,
detik-detikmu tak bertuan,
menunggu barisan badai yg kan ledakkan istanamu.

Susunan speaker menjulang tinggi, frekwensinya lantang pecahkan Nusantara.
Speaker Separatis kan tebas tanganmu, gilas pionmu, kubur kuasamu.
Speaker separatis.

Dari Bali, jari tengah adalah diplomasi terbaikku.

Kala menyimak repetan puisi tersebut jelas yang kencang menyeruak adalah segepok kegerahan, kegelisahan, kekecewaan akibat ketulusan yang dirobohkan.

“Rakyat seolah didesain untuk tak berdaya melawan pembodohan yang sudah terjadi puluhan tahun demi kepentingan penguasa dan pemodal,” demikian ungkap si tukang rapal sajak, Vendetta.

Memang, tembang Dub ini tentang kegusaran. Utamanya menyoal rencana reklamasi Teluk Benoa di Bali Selatan. Ide tersebut dianggap lancung karena lebih dominan mudaratnya dibanding manfaatnya bagi penduduk lokal. Melulu menguntungkan investor, cermin ketamakan nan mencengangkan. Ditambah lagi, para petinggi malah memilih menjadi abdi dalem para pemodal, malah mengamini ide destruktif dan memperkosa keharmonisan alam itu. Mestinya rakyat yang mereka jadikan prioritas, disejahterakan, dipenuhi hak-hak mendasarnya sebagai warga negara. Patut diduga mereka disuapi pundi-pundi, hendak memperkaya diri sendiri. Bau amis korupsi amat menyengat di sini.

“Kami, rakyat, menginginkan perubahan. Rakyat kecil sudah muak diperalat dan dijadikan sapi perah. Stop eksploitasi adat, budaya, dan alam rumah kami!” lanjut Vendetta dengan penuh rasa sebal lagi kesal.

Lagu ini sendiri bermula dari momen sederhana. Diawali oleh Soundbwoy Dodix, DJ yang khusus menekuni jalur Dub, Reggae, serta rupa-rupa chunesJamaika, iseng berkutat dengan samples drum, gitar, dan beberapa instrumen lain. Lalu ia perdengarkan komposisi sederhana tersebut kepada Andy Philipus dan Zio. Diselipi pula lagu-lagu Dub dari Augustus Pablo sebagai referensi.

Saat Andy dan Zio telah siap dengan aransemen masing-masing lewat bas, organ, dan pianika, Dodix yang juga adalah Operations Manager Superman Is Dead ini terinspirasi untuk menambahi puisi. Diajaknyalah karib yang ia tahu benar menggilai puisi: Vendetta. Paduan empat kekuatan inilah yang kemudian melahirkan “Speaker Separatis”. Topiknya pun  gamblang: penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa.

Mengingat khalayak blantika musik Indonesia yang belum terlalu akrab dengan Dub Jamaika, sebagai daya tarik, ditambahilah kemudian elemen visual berupa videoklip. Erick Est selanjutnya diminta menjadi sutradara. Kebetulan sosok tenar yang telah lintang pukang di urusan gambar bergerak ini aktif terlibat di gerakan Bali Tolak Reklamasi. Tak heran, dari segi konten gambar, tampak footage aksi-aksi tolak reklamasi Teluk Benoa berceceran di sana-sini.

“Semoga kehadiran ‘Speaker Separatis’ ini bisa menjadi energi tambahan bagi gerakan Bali Tolak Reklamasi,” ungkap Dodix saat ditanya soal harapan ke depannya.

Oh, merasa familiar dengan suara Vendetta? Ya, benar sekali, ia adalah JRX, penabuh drum Superman Is Dead.

Angkat jari tengah tinggi-tinggi ke atas!
Lawan!

SPEAKER SEPARATIS.

Kontributor:
Soundbwoy Dodix – dub organizer
Brozio Orah – bas
Andy “Pretty Boy” Philipus – organ dan pianika
Vendetta – puisi dan jari tengah

Narasi oleh Rudolf Dethu
Diproduseri oleh Pukulrata Records.
Dikerjakan di Melodramatic Studio.
Mixing dan mastering oleh Mangde Ripper Clown.

‘Shoegazi’ Tribute Gives Fugazi Shoegazer Treatment

$
0
0

Shoegazi

An interesting move from Sao Paulo: a tribute album to Fugazi, via Shoegazer’s aesthetic, titled Steady Gaze of Nothing. This article below originally published on dangerousmind.net.

There’s a label based out of Sao Paolo called (with great self-awareness) The Blog That Celebrates Itself Records, which is (of course) an offshoot of The Blog That Celebrates Itself. This name of the operation derives from a sardonic comment made by Melody Maker’s Steve Sutherland in 1990 to describe the incestuous group of bands that was playing the Thames Valley around that time, including Chapterhouse, Lush, Moose, and Stereolab. The phrase “The Scene That Celebrates Itself” has since been taken to refer to the self-admiring shoegaze movement tout court.

TBTCI has a knack for releasing compilations—they’ve recently released tribute comps honoring Sonic Youth, Ride, the Boo Radleys, the Pale Saints, Echo and the Bunnymen, and the Jesus and Mary Chain’s Psychocandy, among many others.

But now the label has released something truly special, a tribute album about a band that isn’t exactly in that early 1990s U.K. wheelhouse and isn’t known for tons of pedal effects on their guitar—the groundbreaking D.C. band Fugazi. Now, Fugazi’s aesthetic and that of, say, My Bloody Valentine are pretty different, but it turns out that there’s a higher quotient of swarming guitars in Fugazi than you probably remember, and that helps make the combination all the more delicious.

The obvious name for such a thing: “Shoegazi,” of course.

Photo credit: hazlitt.net
Photo credit: hazlitt.net

The compilation is called Steady Gaze of Nothing, a reference to Fugazi’s second full-length Steady Diet of Nothing. The compilation ranges widely across Fugazi’s discography with a strong emphasis on the early stuff—you’re likely to hear your favorites represented here.

You can listen to the entire compilation below, but by all means go over to the compilation page on Bandcamp and send ‘em some cash for the mp3s.

via Vanyaland; thanks to Jeff Albers!

http://hazlitt.net/sites/default/files/field/image/fugazi-main.jpg

A Place To Bury Strangers: New Video ‘We’ve Come So Far’

$
0
0

I’ve discovered this shoegazin’ noise rockers not that long ago. First song I heard was “Onwards to the Wall”. From that point on, I started digging deeper. I’m now a huge fan. Below is the latest update about this New York City-based group, taken from spin.com.

All good things must come to an end. This even includes sweaty DIY venue Death By Audio, a Brooklyn indie landmark. But before A Place to Bury Strangers said their last goodbyes to the familial ground — literally the place where lead singer Oliver Ackermann lived — the trio decided to film their music video for new single “We’ve Come So Far” at the space. The clip begins with lead vocalist and DBA founder Ackermann wading through the crowded venue, being acknowledged by fans and colleagues alike. Strobes and shadows fill the space while the camera follows Ackermann as he embarks on stage. Director Matt Conboy creates an experience that allows the viewer to be a part of DIY history and simultaneously showcases fans having the time of their life.

Director Matt Conboy shares his intial vision of the film: “I wanted to make a video that gave the viewer the visceral experience of seeing the band. The fact that we were losing our home, that it was the last show and APTBS were playing seemed like too good of an opportunity to turn down. We filmed their set and I felt like we were able to capture the spirit of that moment: this weird, dark form of celebration and catharsis. By the end of the night I think everybody felt like they really got something out of their system.”

APTBS’s fourth album Transfixiation is available today.

_____________

Featured photo belongs to heretoday.dk

Viewing all 209 articles
Browse latest View live